Selasa, 27 Maret 2012

Jabon sob!


Salam. Saya mau cerita lagi tentang bisnis keluarga saya yang lain. Tapi ini jangka panjang sih. Namanya jabon. Pohon kayu, kaya sengon lah. Tapi jabon ini biasanya di bikin pulp ato bubur kayu, jadi kertas dll. Dipost sebelumnya saya bilang kalo penemuan dan ketertarikan sama jabon ini lahir dalam pencarian sidat. jadi ceritanya saat itu, saat modem masih belum terlalu banyak, hehe ulin getol banget onlen di laptop saya. Dulu sih kalo gak salah pesbukan mulu kerjaannya. Gak terlalu merhatiin. Ternyata dia browsing banyak banget. Segala sesuatu yang berhubungan sama bisnis lah pokoknya. Hingga akhirnya di girang-girang gak jelas

“iki ndes. Jos ndes”
“py, kw due tanah kosong po gak?”
“munggah kaji bareng iki”

Itu semua ulin yang ngomong. Dan bla..bla..bla seterusnya. Saya dan abil cuma mendengarkan sambari menikmati rokok. Ulin masih terus nyerocos. Akhirnya pembicaraan kita buntu terlalu high cost mau buka lahan ini. Dan tanah yang disewakan untuk ditanami pohon itu sulit didapat. Asumsi kita waktu itu sih. Padahal mah enggak juga.

ini gayanya yang paling asoy

Setelah kita pisah, pada kembali lagi ke kehidupan masing-masing saya ngobrol ama si papap.

“ini pap, blah.. blah..blah..”

Si papap awalnya acuh, sama seperti waktu saya pertama mendengar sarannya si ulin. Tapi entah apa semua itu tiba-tiba terjadi. Oke berlebihan. Maksudnya tiba-tiba si papap nanyain lagi perihal jabon yang saya bicarain beberapa waktu yang lalu. Kita sama-sama brows di inet. Dan gak lama si papap bilang oke. Selanjutnya nyari tanah ke daerah sumedang, eh tiba-tiba alhamdulillha dapet yang murah. Berapa lah pokoknya murah. Dan itu cepet banget pokoke. Langsung nyari bibit, dapet dari kendal. Tapi kita akui sih sedikit kemakan kampanye liar di inet tentang jabon. Jadi yah, bagi para pemirsah yang biasanya gampang kemakan blog-blog gak jelas di inet tentang suatu produk. Biasanya sih ada di sektor produksi. Kampanyenya gila-gilaan sob. Jadi ati-ati yah. Oke kembali lagi. Kita beli 5000 bibit waktu itu, sedangkat lahan Cuma muat 2000 aja. Nah bingunglah kita. Ini yang 3000 sisanya mau dikemanain. Kita coba jual akhirnya. Nyebarin pamplet lah saya ceritanya. Buat iklan. Lahamdulillah, gak laku banyak. Dikit banget lah.
Lah, terus di pokar-pikir-pokar-pikir-pokar akhirnya kita nyari tanah lagi yang murah. Dan alhamdulillah dapet lagi, lebih murah malah. Abis lah tu jabon, kurang malah.

Investasi jabon ini gak murah, beneran gak murah dalam arti yang sebenarnya. Menurut saya sih ya. Pupuk dan lain sebagainya itu mahal, belum lagi pegawai. Nah pegawai ini juga punya harga yang beda-beda tiap daerah. Jadi berhati-hatilah. Trus nih ya, sory to say sebelumnya. Kalo punya lahan yang agak jauh dari rumah sehingga gak bisa di kontrol minimal tiap minggu, kita kudu ekstra hati-hati. Apa pasal? Petani sob. Bukan petaninya sih, tapi gak semua orang itu amanat sama urusan duit. Ato apapun itu bentuk kepercayaan. Dan bebrapa kasus yang saya hadapi adalah:

Orang kepercayaan saya si mang anu sebut saja, pingin nanem jagung di sela-sela jabon yang udahdi tanem. Kita iyakan karna dia bilang Cuma jagung baby yang tanamannya kecil-kecil. Dan ternyata apa, dia nanaem jagung hibrida yang tingginya pol-polan. Akhirnya jabon kita pada kesentet, gak dapet sinar matahari. Loyo semua. Kita pecat si mang anu gak lama setelah itu. Modal keluar banyak lagi untuk babat sisa-sisa jagong itu. Ahh.. ada aja yang kaya gini mah.

itu yang di ember pupuk lho ya

Sekarang alhmdulillah ada bebrapa pos yang ditanemin jabon ini. ya jangan bosan-bosan untuk terus belajar. Dalam konteks kayu ada iklim, pasar, budget banyak lah. Bertani itu tidak sederhana. Salam

Oh iya, terimakasih untuk ulin buat inspirasinya. Salam telunjuk mengarah kesamping!

Jumat, 09 Desember 2011

selicin lendir sidat


Cerita ini jauh sebelum saya memulai warkop dan lele sangkuriang. Kalo gak salah di pertengahan 2010 saya dengan ulin ingin mencari uang, hanya untuk bersenang-senang. Sore itu adem banget di  Kudus. Ane ama si Ulin mentok gak dapet inspirasi. Beruntung ada distributor majalah di pinggir jalan, kami mampir.
Setelah dipilih-pilih kami membeli 2 koran tipis, entah apa merek nya ane lupa. Tapi pokoknya bentuknya kaya koran lampu merah. Kita tertarik karna ada liputan tentang tanaman-tanaman hias. Adenium trivium ato apalah. Ane kurang ngerti, sebenrnya yang tertarik si Ulin. Tapi kita punya satu alasan kuat kenapa milih koran yang itu. Karna ada gambar binatang aneh. Sidat.
Sebelumnya kami telah berencana untuk maen ke bandung. Kerumah ane. Sekitar 3-4 hari ulin dirumah ane. Ditengah-tengah liburan singkat itu abil, teman kami juga dari lasem datang, ikut bergabung. Di sela-sela liburan kita tetap mencari informasi tentang sidat. Seperti biasanya, mulai dari A sampai Z. dari blog ke blog. Artikel demi artikel. 2 buku kami lahap bersama-sama. Join grup sidat mania, dan sidat-sidat lainnya di facebook. Kalo sedang semangat begini kami biasanya ngobrol agak ngelantur.
Gak tau kenapa obrolan-obrolan kami saat ngelantur gini kok malah yang paling saya ingat. Ulin bilang kalo omset kita bakal ratusan juta. Kemudian akan di panggil menjadi bintang tamu di kick andy. Oh, sebelumnya akan ada jejak sigundul dan liputan-liputan kecil dari TV-TV swasta yang bakal dateng ke kolam kami.
Waktu liburan selesai. Oh iya, abil akhirnya ikut gabung dalam ‘proyek’ ini. Dan kami menamai diri kami TRIFATA UNAGI. Ahh.. filosofinya terlalu panjang untuk saya ceritakan. Tapi sebenernya artiny itu sederhana. Percayalah. Abil ke jakarta untuk meneruskan studinya. Sementara ane dan ulin siap mengunjungi beberapa kota untuk belajar tentang sidat dan mencari benih tentunya. Kota yang akan kita kunjungi adalah  cilacap, jogja, solo, dan surabaya.
Entah apa yang merasuki kami, semangat kita luar biasa pisun. Kalo di inget-inget lagi perjalanan kita gak gampang, tapi tetep aja dijabanin. Kita mulai dari cileunyi, naik bis ekonomi sampai cilacap. Setelah melakukan tawar menawar sama kenek bis, kami akhirnya ke cilacap dengan 40 ribu. Dan tiba di cilacap malam hari. Ulin langsung menghubungi teman lamanya. Kita nginep di rumah temannya si ulin. Kita ngobrol-ngobrol masalah misi kita.
“Kalo daerah anu dmn ya?”
“wah, itu sih di nusakambangan”
“jadi harus nyebrang pulau?”
“iya”
“*^(*$^%*#@)(&”
Beruntung si temennya ulin ini punya tiga ekor sidat di rumahnya. Dikasih orang katanya. Setidaknya kami udah bertemu makhluk ini. Haha

percayalah, dia sangat licin

Kami lanjutkan perjalanan kami ke jogja. Desa brebah. Itu lho.. yang beberapa waktu lalu rame gara-gara crop circle. Oh iya sebelumnya kami singgah dulu di rumah ulin untuk beristirahat. Sekalian melihat lokasi kolam-kolam milik ulin yang bakalnya kita buat tempat sidat. Dua hari kemudian kita berangkat ke jogja, melanjutkan pencarian. Kita pake motor. Entah berapa orang yang telah kita tanya. Akhirnya kita sampai juga. Kita gak ketemu sama si pak anu yang memposting ikan sidatnya di inet, kita Cuma ketemu istrinya.
“mbah, ndaleme pak anu pundi nggeh?”
“ohh iku lho dek sbelah kono, lha iki bojo ne” sambil menunjuk wanita paruh baya yang kebetulan lewat pake motor astrea 800. Kita mulai ragu.
“bu, pak anu enten?
“bonten enten eee, tindakan, enten nopo?”
“bade tangklet-tangklet maslah sidat, niku sampean gadah kolam katah?”
“ohh, nemba damel niku”
Hening.
Boro-boro ahli sidat, kolamnya aja dia baru buat. Kita tidur dikosan sodara ulin. Besonya kita berkunjung ke solo. Melanjutkan pencarian. Muter-muter entah berapa kilo. Alhamdulillah ketemu.
“pak, kita tertarik sama sidat”
“oh iya, jadi gimana, blah..blah..blah..”
Kita agak kecewa karna dirumahnya Cuma ada sedikit kolam dan beberapa sidat. Dan menyebutkan bahwa dia punya tambak yang lebih besar di klaten ato dimana gitu, saya lupa.
Energi kita habis waktu itu. Niat melanjutkan ke Surabaya pun kami urungkan. Okelah, kami merasa cukup. Pulang ke rumah Ulin dan mulai merencanakan kolam mana yang akan kami pakai untuk pembesaran ikan sidat itu.
Ada satu kolam yang memiliki tiga sekat. Dan akhirnya memikat kami. Besoknya kami langsung membersihkan kolam tersebut di bantu dua abdi ndalem nya Ulin. Entah berapa batu besar yang kami keluarkan, juga berkubik-kubik balok kayu paten kami pindahkan “wah, satu trek juga ada nih” kata Ubed, abdi ndalem nya Ulin. Kami mulai dari pagi dan berakhir disiang hari. Masih tersisa dua sekat yang belum tuntas memang, akan kita teruskan esok. Setelah bersih-bersih diri, kita kembali larut dalam pembicaraan sidat, omset puluhan juta, kick andy, jejak sigundul, hingga cerita si Ubed yang pernah nikah hanya dua minggu.

kayu itu kayu mahoni yang telah di rendem selama bertahun-tahun, kawan..

oh yeah!

Pagi itu Ulin bangun lebih pagi. menyulut rokok lalu bejalan santai menuju kolam yang kemarin kita bersihkan. Gayanya khas. Saya Cuma memandangi tingkahnya di ambang pintu sambil menghisap rokok. Lalu pergi kedalam. Menikmati rokok dan kopi dengan lebih khidmat. Bebrapa menit kemudian Ulin kembali ke dalam dengan raut wajah yang aneh. Bersungut-sungut. Dan beberapa sumpah serapah tentunya. Kutanya kenapa. Tak dapat restu orang tua katanya.
“aku di celuk ibu ku, trus ditakoni lapo iku kolam mbok kono no nang? Kangge ndamel kolam bu. Kolam opo? Kolam sidat. Ora ntuk. Balekno meneh” dan seterusnya. Saya lunglai, Ulin emosi. Lalu mengajak segera pergi. Ke Kudus. Kami pergi berusaha menghibur diri. Entah apa yang saya dan Ulin bersama teman-teman lakukan setelah itu. Lupa.
Kita hanya terbahak jika ingat kejadian itu sekarang. Banyak hal yang lucu dalam persepsi kami. Impian masuk kick andy misalnya. Hahaha
Apa yang kami dapat? Banyak kawan! Salah satunya informasi tentang kayu jabon yang sekarang ayah saya –juga saya tentunya- jalani. Ada sekitar 3-4 hektar. Jabon dan segala tektek bengeknya kita dapat ditengah-tengah pencarian sidat. Untuk kesekian kalinya, kita tak pernah tau.

Minggu, 27 November 2011

lele sangkuriang. meriang...

Lanjut nih. Setelah di posting sebelumnya ane bersama warkops. Sekarang ane pindah haluan di sektor produksi. Blm lama ini pamor lele sangkuriang naik gila-gilaan. Sampai sekarang pun masih rasanya. Dari obrolan tak sengaja bersama tetangga plus teman sepermainan, kami mulai mencoba.
Kali ini pemainnya ada empat orang saya, Mang Akin, Bang Yuda, A Heri. Modal kami sangat minim, 300rb per orang. Haha. Dari modal itu kami membeli bibit lele 200 ekor dari seorang bandar yang akhirnya kami ketahui bahwa dia adalah mafia lele kelas teri. Kemudian peralatan lainnya terpal, kayu, kawat dkk. Dan pakan tentunya. Kami tak punya lahan pada awalnya. Beruntung ada saudara dari Mang Akin yang mau meminjami tanah 2X4 meter. Kecil memang, tapi kami nekat J
Oh iya, sebelumnya kami telah mempelajari tentang lele sangkuriang ini sebisanya. Tak ada obrolan tanpa lele, tak ada kopi tanpa lele. Setiap kami bersebrangan di jalan pasti pikiran tentang lele langsung berkeliaran di kepala.
“siganamah ingsa alloh bisa lah”
“heueuh, nu penting mah urang coba we heula. Sugan weh”
“saya ge ngarasa aya jalan di dieu”
“mantap”
“blah..blah..blah..”
Dan begitu seterusnya.
Akhirnya kami membuat kolam selama kurang lebih 5 hari. Belum apa-apa cemoohan orang udah deres banget nempa kami. Mulai dari tetangga, pak RW dan lain-lain. Halah!
Untung kami masih semangat, walaupun lama-lama agak memble. Manajemen pakan kami atur sedemikian rupa. Sampai akhirnya waktu panen pun tiba. Ohh.. bilang saja dugaan bahwa lele nya sudah bisa di panen. Kami pun menghubungi si bandar yang menjanjikan akan menerima lele kami kembali. Kejanggalan-kejanggalan khas mafia kelas teri pun mulai terasa. Dia mangkir, ngelak. G mau nerima lele kami.
“duh, masih penuh disninya”
“minggu depan aja ya”
“bleh..bleh..bleh..”
Terpaksa kami mengulur waktu sebisa kami. Biaya pakan membengkak. Tapi kami g mau kalah, kita terus desek tu orang sampai akhirnya “oke, senin depan bawa kesini ya”
Yeah!
Waktu yang dinanti-nanti tiba. Waktu bulan romadhon. Kami semua puasa. Tapi tetep aja ini lele harus keluar. Dengan tenggorokan kering kami menguras kolam terpal. Dari pagi dan jam 1 siang baru beres. Lalu kami menghubungi si bandar lagi. Lama tak ada jawaban. Oh mennn… perasaan udah gak enak lagi. Benar saja dengan santainya dia sms kami di tengah siang bolong di bulan puasa itu.
“MAAF PAK, SAYA LUPA HARI INI SAYA MAU MUDIK KE TASIK. NANTI SAJA SETELAH LEBARAN”
Hening.
Kami cuma bingung, mau dikemanakan lele-lele tak bersalah ini. Untung ada balong yang belum lama ini di sewa oleh ayah saya. Kami pindahkan lele-lele kesana. Selanjutnya dari hari-kehari kami gencar nyari bandar lain yang mau nampung lele kami. Susah. Lebaran pun tiba. Lele masih terlantar di kolam.
Setelah semua pulang dari mudik. Semangat lele itu tinggal 5 watt. Tapi kita masih mau nyari bandar lele kecil yang mau nerima lele. Alhamdulillah dapet. Kita angkat lagi dari balong. Kali ini lebih susah karna kolam tanah. Dan ternyata lele kami sudah berkurang banyak akibat hama manusia. Kita Cuma tertawa.


Kami rugi, secara bisnis. Tapi tidak dengan mental, ilmu dan pengalaman.
Mennnn… ternyata semua itu sekarang kepake di kolam lele milik ayah saya. Kita tak pernah tau.


lumayan gan, sekarang ada 32ribu ekor :)

Sabtu, 26 November 2011

mugorame warkops

salam
tahun 2010 saya bersama dua orang teman; Abil dan Ulin akhirnya membuka warung kopi. sebagai ledakan dari hasrat berbisnis yang sudah lama mengendap. kita namai warkop itu Mugorame Warkops. dengan harapan semoga warkop itu rame. alhamdulillah warkop kami ramai, walau cuma bebrapa hari. haha


di awal perjalanan warkop ini sudah banyak kejanggalan. diantaranya adalah dugaan-dugaan tak berdasar pada Mansur, 'pegawai' kami. setikanya kami mampu bertahan selama tiga bulan. payah memang. tapi kami dapet pengalaman kok. gak buruk juga. bagus buat batu loncatan kami.
ahhh.. rasanya masih segar di ingatan saya, bagaimana kami jatuh bangun dalam keterbatasan modal. kita cuma patungan 1.5 juta lalu tertawa terbahak-bahak karna sudah jadi bos! hahaha paling nggak kita punya pegawai.


gambar di atas adalah bukti dari 'kesalaha' yang kami lakukan. bahkan sebelum warkop resmi di buka.
"opo meneh sing kurang?"
"sabun colek!"
"yo tak tuku"

lalu saya dan abil ke pasar untuk membeli ember dkk juga sabun colek tentunya. K= kami. P= Penjual
K: enten sabun colek bu?
P: enten
K: setunggal bu
P: monggo -sambil menyerahkan satu box sabun colek-
K: *&@^*@&()&
P: opo meneh mas?
K: pun bu, pinten?
P: 12 ewu mas

sampai di warkop Ulin ketawa sejadi-jadinya. lalu menyarankan rentengan sabun colek itu di pajang bersama jajanan lainnya. oh iya, sekitar seminggu yang lalu Ulin menelpon saya. kita cerita ngalor-ngidul. dia cerita bahwa di semarang ada salah satu kenalannya yang membuka warung kopi karna terinspirasi oleh warkop kami, mugorame warkops. untuk kesekian kalinya. paling nggak warkop kami jadi inspirasi buat orang lain. ya.. kadang kita gak sadar kalo apa yang kita lakukan bisa jadi inspirasi buat orang-orang terdekat kita. udah mau mahgrib kawans kita lanjut nanti :)
salam